5 Level of Prevention. Sebagai seorang public health, istilah “5
Level of Prevention” merupakan istilah yang tidak asing lagi untuk
didengar. Tetapi apakah hanya orang-orang public health atau petugas
kesehatan lainnya yang dapat mengetahui apa-apa saja yang menjadi
tingkatan dalam pencegahan penyakit? Jawabannya tidak. Mengapa saya
mengatakan demikian, karena setiap orang rentan sakit atau terkena
penyakit. Dalam melakukan pencegahan, setiap individu pasti harus
memiliki sebuah pengetahuan tentang pencegahan. Nah, melalui postingan
saya ini, semoga dapat membatu pengetahuan teman-teman tentang “5 Level
of Prevention”.
5 Level Of Prevention
1. Health Promotion (Promosi Kesehatan)
Tingkatan ini merupakan tingkatan pertama yang harus
dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit. Health promotion
ditujukan pada masyarakat yang sehat agar menjadi lebih sehat. Jadi
dalam hal ini, melakukan penyuluhan kepada masyarakat yang berisikan
suatu ajakan agar masyarakat mau mengubah pola pikir atau gaya hidup
agar dapat hidup sehat untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
atau mempertinggi nilai kesehatannya. Sebagai contoh, seorang pengemudi
motor diharuskan untuk menggunakan helm pada saat mengendarai kendaraan.
Ini dilakukan jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan seperti
kecelakaan, maka pada saat benturan, kepala akan terlindungi dari
benturan keras secara langsung. Selain itu, upaya lain yang dapat
dilakukan adalah penyediaan air bersih, mengkonsumsi makanan sehat,
olahraga yang teratur dan sebagainya.
2. Specific Protection ( Perlindungan Khusus )
Dalam tingkatan ini ditujukan pada seseorang yang sehat
tetapi rentan untuk terkena penyakit. Contohnya adalah memberikan
imunisasi atau vaksinasi kepada balita. Balita umumnya rentan terkena
penyakit karena sistem imunnya yang masih lemah untuk menyerang bibit
peyakit yang masuk dalam tubuh. Selain itu, petugas kesehatan (dokter
dan perawat) di rumah sakit maupun di puskesmas juga sangat rentan
terkena penyakit khususnya yang menular. Karena petugas kesehatan selalu
berkontak langsung pada pasien. Sehingga diharapkan agar petugas
kesehatan meggunakan masker atau sapu tangan pada saat melakukan kontak
langsung pada pasien.
3. Early Diagnosis and Prompt Treatment ( Diagnosis Dini dan Pengobatan Segera )
Pada tingkatan ini ditujukan pada seseorang yang dalam
masa inkubasi, sehingga penyakit yang diderita tidak menjadi lebih
parah. Dalam tingkatan ini saat melakukan diagnosa maka dengan segera
dapat melakukan pencegahan dan pengobatan pada penderita agar tidak
mengalami komplikasi. Jadi, pada saat seseorang memiliki sebuah
penyakit, tindakan yang dilakukan adalah segera ke petugas kesehatan
untuk mendapatkan solusi dalam menyembuhkan penyakit yang diderita.
Sebagai contoh, seorang ibu hamil yang memiliki tanda-tanda anemia,
sesegera mungkin harus diberikan obat/tablet Fe dan makanan-makanan yang
memiliki kandungan zat besi. Selain itu, mencari dan memantau
orang-orang yang sering melakukan kontak langsung pada penderita
penyakit menular (seperti TBC, flu burung) agar bila penyakit timbul
pada orang-orang tersebut dapat dilakukan pengobatan sesegera mungkin.
Karena tidak melakukan pengobatan sesegera mungkin, maka dapat
menyebabkan usaha untuk menyembuhkan akan menjadi sulit dan penderita
akan sakit lebih lama.
4. Disability Limitation ( Pembatasan Kecacatan )
Tingkatan ke empat ini ditujukan kepada seseorang yang
benar-benar sudah terkena penyakit sehingga diharapkan agar tidak
mengalami kecacatan. Jika sudah terjadi kecacatan, maka tetap melakukan
pencegahan agar kecacatan tersebut tidak menjadi berat, agar fungsi
sebagai alat tubuh dapat dipertahankan. Dalam kasus tingkatan ini
adalah pada penderita penyakit DM. Dengan melakukan cek rutin secara
berkala kemungkinan bessar kecacatan dapat dihindari.
5. Rehabilitation ( Pemulihan )
Pada tingkatan pencegahan akhir ini ditujukan kepada
masyarakat yang sakit dapat dipulihkan menjadi sehat dan pulih agar pada
saat kembali di lingkungan masyarakat dapat mejalani kehidupan seperti
biasanya memiliki fungsi positif untuk dirinya sendiri maupun masyarakat
lain agar tidak menjadi beban untukorang lain. Contoh kasus pada
tingkatan ini adalah seseorang yang mengalami patah tulang pada kaki
karena kecelakan, dapat direhabilitasi dengan cara mempergunakan kaki
palsu pada kaki yang patah karena memiliki fungsi yang sama. Selain itu,
bekas pengguna narkoba juga harus mengalami rehabilitas sebelum
dikembalikan kepada masyarakat.
Seseorang yang mengalami sakit dan melakukan pengobatan,
kemungkinan akan terjadi adalah sembuh total, sembuh cacat, atau tidak
sembuh / meninggal. Jadi, sangat baik jika dalam hidup ini kita memiliki
prinsip “Mencegah Lebih Baik Daripada Mengobati”. Semoga dengan
postingan “5 Level Of Prevention” ini dapat mengurangi angka kesakitan
dan mempertinggi derajat kesehatan masyarakat. Salam Sehat :). GBU.
http://adrianasallosammane.tumblr.com